Pernah dengar petuah atau wejangan atau nasihat supaya kita tidak mandi malam, karena katanya bisa menyebabkan rematik atau nyeri persendian?
Anggapan itu sepertinya dipercaya banyak orang tentang kebenarannya.
Ternyata, itu adalah sebuah anggapan tak berdasar alias hanya mitos belaka, seperti yang dikatakan oleh Dr. Jony Sieman, SpKFR, Spesialis Rehabilitasi Medik dari RS Internasional Bintaro, bahwa secara medis mandi saat malam hari tidak menyebabkan nyeri pada persendian..
Anggapan tersebut muncul dari pengalaman yang dialami masyarakat semata.
"Berangkat dari pengalaman orang, kalau terpapar dengan temperatur dingin rasa nyeri akan bertambah. Padahal tidak begitu," ujarnya disela Media Gathering, di RS. Internasional Bintaro, Kamis ( 10/9 ).
Dr. Jony merasa heran anggapan tersebut dapat berkembang di masyarakat. Pasalnya hingga saat ini belum ada penelitian yang mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah kutub utara yang terkena nyeri tulang akibat temperatur yang dingin.
Ia mengatakan, nyeri pada tulang lebih disebabkan dengan gaya hidup seseorang, seperti seberapa sering berolahraga. Dan bagaimana ia menggunakan persendiannya.
Meski demikian, ujarnya, masyarakat mesti tetap memperhatikan kondisi badan saat mandi malam. Jika kondisi badan tidak dalam keadaan bagus, sebaiknya tidak mandi malam.
Ia menyarankan, saat mandi malam, perhatikan juga suhu air yang digunakan. Pasalnya, air yang terlalu dingin dapat menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah. "Tak ada salahnya menggunakan air hangat jika suhu air terlalu dingin. Jangan terlalu ekstrim suhunya," terang dia.
Ia mengatakan, suhu air yang dapat diterima tubuh maksimal berbeda lima derajat celcius dengan suhu tubuh. "Suhu tubuh normal itu 36 derajat celcius, sehingga suhu air yang dapat diterima antara 29-30 derajat celcius," kata dia.
Mitos Seputar Rematik
Berikut ini adalah beberapa mitos seputar rematik beserta fakta sebenarnya :
1. Rematik dan hawa dingin/malam hari.
Mitos:
Rematik disebabkan oleh cuaca dingin, seringnya mandi malam, terlalu sering mandi dan sering berada dalam ruangan dingin atau ber-AC. Mitos ini memang amat populer. Namun, tidak terbukti kebenarannya, karena secara patologis tidak ada kaitannya antara mitos tersebut dengan timbulnya penyakit rematik.
Fakta:
Air atau udara dingin akan menyebabkan kapsul sendi mengkerut. Hal ini tentunya bisa menambah rasa nyeri penderita rematik yang sendinya memang sudah sakit. Sebaiknya, penderita rematik memang mandi air hangat hingga mengurangi nyeri pada persendiannya.
2. Rematik dan makanan jeroan.
Mitos:
Rematik disebabkan oleh makanan seperti jeroan. Mitos ini juga banyak dipercaya oleh sebagian besar masyarakat.
Fakta:
Dari sekitar lebih dari 100 macam rematik, hanya satu yang berkaitan dengan makanan (jeroan), yaitu Artritis Gout/Pirai.
3. Rematik dan genetika.
Mitos:
Rematik disebabkan oleh faktor keturunan.
Fakta:
Meskipun mitos ini tidak seluruhnya salah, tapi masih tetap harus diluruskan. Tidak semua rematik diturunkan. Memang ada beberapa jenis rematik akibat faktor genetik.
4. Rematik dan antibiotika.
Mitos:
Rematik memerlukan antibiotika untuk mengatasi sendi yang bengkak.
Fakta:
Antibiotika hanya digunakan pada arthritis yang disebabkan oleh infeksi (Septik Artritis). Bila tidak infeksi, antibiotika tidak diperlukan. Antibiotika juga tidak diberikan secara rutin walaupun sendi terlihat membengkak dan merah.
5. Rematik dan wanita hamil.
Mitos:
Wanita hamil dan menyusui rawan terkena rematik.
Fakta:
Penelitian terbaru American College of Rheumatology di New Orleans, Louisiana, menyatakan bahwa wanita yang menyusui bayi mereka selama dua tahun atau lebih, kecil kemungkinannya terkena penyakit artritis rematoid dibandingkan wanita yang hanya menyusui bayi kurang dari tiga bulan.
Anggapan itu sepertinya dipercaya banyak orang tentang kebenarannya.
Ternyata, itu adalah sebuah anggapan tak berdasar alias hanya mitos belaka, seperti yang dikatakan oleh Dr. Jony Sieman, SpKFR, Spesialis Rehabilitasi Medik dari RS Internasional Bintaro, bahwa secara medis mandi saat malam hari tidak menyebabkan nyeri pada persendian..
Anggapan tersebut muncul dari pengalaman yang dialami masyarakat semata.
"Berangkat dari pengalaman orang, kalau terpapar dengan temperatur dingin rasa nyeri akan bertambah. Padahal tidak begitu," ujarnya disela Media Gathering, di RS. Internasional Bintaro, Kamis ( 10/9 ).
Dr. Jony merasa heran anggapan tersebut dapat berkembang di masyarakat. Pasalnya hingga saat ini belum ada penelitian yang mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah kutub utara yang terkena nyeri tulang akibat temperatur yang dingin.
Ia mengatakan, nyeri pada tulang lebih disebabkan dengan gaya hidup seseorang, seperti seberapa sering berolahraga. Dan bagaimana ia menggunakan persendiannya.
Meski demikian, ujarnya, masyarakat mesti tetap memperhatikan kondisi badan saat mandi malam. Jika kondisi badan tidak dalam keadaan bagus, sebaiknya tidak mandi malam.
Ia menyarankan, saat mandi malam, perhatikan juga suhu air yang digunakan. Pasalnya, air yang terlalu dingin dapat menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah. "Tak ada salahnya menggunakan air hangat jika suhu air terlalu dingin. Jangan terlalu ekstrim suhunya," terang dia.
Ia mengatakan, suhu air yang dapat diterima tubuh maksimal berbeda lima derajat celcius dengan suhu tubuh. "Suhu tubuh normal itu 36 derajat celcius, sehingga suhu air yang dapat diterima antara 29-30 derajat celcius," kata dia.
Mitos Seputar Rematik
Berikut ini adalah beberapa mitos seputar rematik beserta fakta sebenarnya :
1. Rematik dan hawa dingin/malam hari.
Mitos:
Rematik disebabkan oleh cuaca dingin, seringnya mandi malam, terlalu sering mandi dan sering berada dalam ruangan dingin atau ber-AC. Mitos ini memang amat populer. Namun, tidak terbukti kebenarannya, karena secara patologis tidak ada kaitannya antara mitos tersebut dengan timbulnya penyakit rematik.
Fakta:
Air atau udara dingin akan menyebabkan kapsul sendi mengkerut. Hal ini tentunya bisa menambah rasa nyeri penderita rematik yang sendinya memang sudah sakit. Sebaiknya, penderita rematik memang mandi air hangat hingga mengurangi nyeri pada persendiannya.
2. Rematik dan makanan jeroan.
Mitos:
Rematik disebabkan oleh makanan seperti jeroan. Mitos ini juga banyak dipercaya oleh sebagian besar masyarakat.
Fakta:
Dari sekitar lebih dari 100 macam rematik, hanya satu yang berkaitan dengan makanan (jeroan), yaitu Artritis Gout/Pirai.
3. Rematik dan genetika.
Mitos:
Rematik disebabkan oleh faktor keturunan.
Fakta:
Meskipun mitos ini tidak seluruhnya salah, tapi masih tetap harus diluruskan. Tidak semua rematik diturunkan. Memang ada beberapa jenis rematik akibat faktor genetik.
4. Rematik dan antibiotika.
Mitos:
Rematik memerlukan antibiotika untuk mengatasi sendi yang bengkak.
Fakta:
Antibiotika hanya digunakan pada arthritis yang disebabkan oleh infeksi (Septik Artritis). Bila tidak infeksi, antibiotika tidak diperlukan. Antibiotika juga tidak diberikan secara rutin walaupun sendi terlihat membengkak dan merah.
5. Rematik dan wanita hamil.
Mitos:
Wanita hamil dan menyusui rawan terkena rematik.
Fakta:
Penelitian terbaru American College of Rheumatology di New Orleans, Louisiana, menyatakan bahwa wanita yang menyusui bayi mereka selama dua tahun atau lebih, kecil kemungkinannya terkena penyakit artritis rematoid dibandingkan wanita yang hanya menyusui bayi kurang dari tiga bulan.
0 komentar:
Posting Komentar